Header Ads

Jenderal Soekanto, Kisah Kapolri Miskin



Pada 27 September 1945, hampir satu setengah bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Ito Keishi (Komisaris Polisi Tingkat I) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo berangkat dari Sukabumi, Jawa Barat, menuju Jakarta. Sudah dua tahun Soekanto menjadi instruktur di Sekolah Kepolisian Jawa Keisatsu Gakko, Sukabumi.


Saat itu Soekanto merupakan salah satu dari segelintir warga Indonesia yang punya pangkat paling tinggi dalam kepolisian di bawah penjajahan Jepang. Soekanto "diparkir" sebagai instruktur di Sekolah Kepolisian lantaran dia dicurigai atasannya punya darah Belanda. Sebelum dikirim ke Sukabumi, sebenarnya dia punya jabatan lumayan strategis di Kepolisian Wilayah Jakarta.

Padahal tak ada darah asing di tubuh Soekanto. Ayahnya, Raden Martomihardjo, merupakan keturunan bangsawan asal Purworejo, Jawa Tengah, dan pernah menjadi wedana di daerah Tangerang, kini masuk Provinsi Banten. Ibunya, Kasmirah, berasal dari Ciawi, Bogor.

Selama di Sekolah Kepolisian, Soekanto diabaikan. Walaupun punya pangkat tinggi, dia tak mendapat tugas mengajar dan tak diberi wewenang apa pun. Tapi arah angin berubah sangat cepat. Jepang kalah perang dan Sukarno-Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kendati pimpinan Sekolah Kepolisian berusaha menutupi kekalahan tentara Jepang, kabar itu sampai juga ke telinga Soekanto dan teman-temannya.

No comments

Powered by Blogger.